Showing posts with label Film Indonesia. Show all posts

20 FILM INDONESIA TERBAIK 2017 VERSI CINETARIZ


Menyusun daftar film Indonesia terbaik 2017 ini menyadarkan saya pada satu hal. Ternyata, cukup banyak film Indonesia yang mempunyai kualitas diatas rata-rata dalam setahun terakhir. Jika biasanya saya menyusun senarai 15 besar bagi film nasional tanpa mengalami kesulitan berarti, maka sekali ini membutuhkan sedikit waktu tambahan untuk menyortirnya sampai akhirnya diputuskan mengekspansi daftar menjadi 20 besar (dari rencana semula hanya terhenti di 15 besar)… dan itupun mesti merelakan beberapa judul untuk ditendang. Yang membahagiakan, menggelembungnya kuantitas film-film Indonesia berkualitas di tahun 2017 turut dibarengi oleh makin beragamnya tema yang ditawarkan. 

Beberapa sineas tampak sudah mulai berani menghadirkan tontonan beride segar seperti contohnya Night Bus yang mengusung genre thriller dengan latar area konflik (dan hampir sepanjang durasi berlangsung di dalam bis), Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak yang membicarakan isu jender di Indonesia Timur dengan pendekatan a la western movies, sampai Ziarah yang menawarkan road movie dengan gaya berbeda – menempatkan seorang nenek yang mencari cinta sejatinya sebagai poros utama kisah. Disamping peningkatan kualitas dan keberagaman tema, angka perolehan penonton untuk film Indonesia di tahun 2017 pun mengalami peningkatan. 

Hingga tulisan ini diturunkan, tercatat setidaknya 10 judul film berhasil menembus angka 1 juta penonton – atau setara dengan pencapaian tahun lalu bahkan ada kemungkinan bertambah – dan total penonton yang berduyun-duyun memenuhi gedung bioskop guna menyaksikan film Indonesia rilisan 2017 telah mendekati angka 40 juta. Ini berarti, meningkat dari tahun lalu yang berhasil mengumpulkan 34,5 juta penonton. Sungguh luar biasa. Semoga saja pencapaian gemilang yang ditorehkan perfilman Indonesia pada tahun 2017 ini kembali berlanjut (kalau perlu, kian berkembang) di tahun-tahun berikutnya. Mari kita ucapkan “Amin!” bersama-sama, saudara-saudara. 

Tanpa perlu berpanjang lebar lagi, inilah 20 film Indonesia terbaik yang dirilis sepanjang tahun 2017 versi Cinetariz, dengan terlebih dahulu menengok honorable mentions

HONORABLE MENTIONS

# 5 Cowok Jagoan


# Mata Batin


# Moammar Emka's Jakarta Undercover


# Naura dan Genk Juara


# Si Juki the Movie



TOP 20

#20 Susah Sinyal


Tidak sebaik Ngenest maupun Cek Toko Sebelah dalam hal bermain-main di ranah dramatik, Susah Sinyal garapan Ernest Prakasa masih berhasil menghadirkan tontonan menghibur kala liburan melalui rentetan momen komediknya yang cukup sering mengenai sasaran. Trio reporter dengan pertanyaan ajaib, cicik-cicik ceriwis, staf hotel konyol dan asisten rumah tangga ajaib adalah penyumbang gelak tawa terbesar di film yang bisa jadi akan membuatmu tergerak untuk berlibur ke Sumba ini. 


#19 Buka'an 8


Kesenangan yang dipenuhi gelak tawa telah membayangi penonton semenjak beberapa menit usai Buka’an 8 mengawali langkahnya. Dalam berkelakar, Angga Dwimas Sasongko banyak mengandalkan situasi kacau beserta sentilan-sentilun ke masyarakat Indonesia masa kini yang berkisar soal kebebasan berbicara yang diartikan kebablasan, kegemaran netizen menciptakan peperangan kata-kata dalam dunia maya, sampai maraknya pemanfaatan agama untuk melancarkan agenda politik. 


#18 Chrisye 


Memulai langkahnya dengan goyah, film biopik dari Chrisye yang mencuplik sepenggal perjalanan karir sang penyanyi legendaris ini setapak demi setapak terus membaik seiring berjalannya durasi. Vino G. Bastian bermain meyakinkan sebagai Chrisye, begitu pula Velove Vexia yang berlakon sebagai sang istri. Chemistry lekat keduanya membantu terciptanya momen emosional jelang tutup durasi utamanya kala Chrisye gelisah dalam menciptakan lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”. Sebuah biopik yang pantas bagi sang legenda musik tanah air. 

#17 Salawaku 


Melalui Salawaku, Pritagita Arianegara menggugat tindak seksisme yang merebak luas di sekitar kita akibat kuatnya pengaruh budaya patriarki dengan pendekatan santai. Ada setumpuk humor dilontarkan oleh barisan pelakonnya yang bermain apik dan pasokan gambar membelalakkan mata dari Faozan Rizal yang niscaya akan membuat jiwa petualangmu tergugah seketika untuk menjelajahi Pulau Seram saking mempesonanya pemandangan yang terhampar di layar bioskop. 


#16 Filosofi Kopi 2: Ben & Jody


Filosofi Kopi 2: Ben & Jody menunjukkan urgensi dan kompleksitasnya sebagai sebuah film kelanjutan tanpa kehilangan sisi menghiburnya. Angga Dwimas Sasongko berhasil meyakinkan bahwa sekuel ini memang diperlukan. Seperti halnya film pertama, Filosofi Kopi 2: Ben & Jody pun bukan sebatas berbicara tentang nikmatnya menyesap kopi melainkan turut mengulik sekumpulan anak Adam yang mencoba berdamai dengan realita dan masa lalu pahit. 


#15 Galih dan Ratna


Galih dan Ratna manis bukan disebabkan kedua insan manusia yang tengah dimabuk asmara hobi saling melempar gombalan satu sama lain tiada berkesudahan. Manisnya terbentuk dari situasi dan keyakinan penonton bahwa kedua karakter memang saling jatuh cinta – atau dengan kata lain, chemistry ciamik. Refal Hady dan Sheryl Sheinafia mempersembahkan duet maut layak dikenang. Refal menguarkan aura misterius mengundang keingintahuan akan sosoknya, sedangkan Sheryl membuat sosok Ratna yang sepintas lalu tampak tipikal gadis rumahan terasa memiliki kompleksitas. 


#14 Night Bus


Perjalanan menaiki bis malam menyusuri area konflik jelas bukanlah suatu pengalaman yang menyenangkan. Akan tetapi dalam penanganan Emil Heradi, mimpi buruk para penumpang bis tersebut mampu disulap menjadi sebuah suguhan menegangkan yang mengikat atensi penonton. Elemen teknis Night Bus memang meninggalkan banyak catatan disana sini, namun kelancaran bercerita dan kemampuan menempatkan penonton dalam fase berdebar-debar membuat kekurangan tersebut dapat dimaafkan. 

#13 Ziarah


Premis yang diusung Ziarah dapat dibilang tergolong unik; seorang perempuan berusia hampir satu abad melakukan perjalanan untuk mencari keberadaan makam sang suami dengan harapan dapat dimakamkan di sebelahnya. Sepanjang film, penonton ikut bertanya-tanya perihal keberadaan suami nenek selama ini. BW Purbanegara mengejawantahkan premis ini menjadi sebuah road movie bersahaja, memikat dan merobek hati yang turut menyinggung tentang kebenaran dibalik cerita sejarah kemerdekaan tanah air. 

#12 My Generation


Apabila ada penghargaan untuk film Indonesia paling berani di tahun 2017, maka saya akan menobatkannya kepada My Generation. Bukan semata-mata soal tuturan kisahnya yang menyodorkan potret kehidupan empat remaja era serba gawai yang penuh dinamika, menjunjung kebebasan, dan kerap disalahpahami, tetapi juga karena keberaniannya memercayakan posisi pemeran utama kepada para pendatang baru. My Generation yang berhasil tampil enerjik dan menyenangkan ini memperkenalkan kita kepada Bryan Langelo, Lutesha, Alexandra Kosasie, dan Arya Vasco yang berpotensi besar memiliki masa depan cerah di perfilman Indonesia. 

#11 Banda the Dark Forgotten Trail


Banda: The Dark Forgotten Trail berceloteh tentang bagaimana situasi Banda selepas diduduki Belanda, bagaimana nasib pala usai perdagangan bebas dihentikan, sampai bagaimana Banda di masa sekarang. Dengan bahan obrolan seberat dan sekompleks ini, nyatanya Banda: The Dark Forgotten Trail tak pernah sekalipun membuat penonton merasa kelelahan sampai terkantuk-kantuk. Justru, menimbulkan keingintahuan lebih besar untuk menelusuri kepingan-kepingan sejarah negeri ini. Mengikat dan memikat. 


#10 Posesif


Edwin menawarkan alternatif bagi penonton yang jenuh dengan kisah percintaan remaja yang serba manis melalui Posesif. Dalam film ini, kita diajak melongok ke sisi kelam sebuah hubungan yang sejatinya jamak dijumpai di kalangan muda mudi. Mulanya sih, Posesif bertutur seperti film romantis pada umumnya kala bunga-bunga asmara diantara dua protagonis mulai bermekaran. Terasa manis. Namun film yang menghadirkan akting ciamik dari Adipati Dolken dan Putri Marino ini perlahan tapi pasti berganti haluan menjadi berdaya cekam tinggi yang seringkali membawa penonton ke dalam fase ‘harap harap cemas’ menyaksikan kisah kasih Lala dan Yudhis. 


#9 Kartini 


Di tangan seorang Hanung Bramantyo, Kartini menjelma sebagai sebuah film biopik yang menghibur, emosional, sekaligus mempunyai cita rasa megah. Hanung agaknya memahami, garis dramatik dalam kehidupan Kartini seringkali berada di posisi horizontal. Maka dari itu, si pembuat film secara cerdik menyelipkan cukup banyak kelakar sehingga membuat film terasa ringan untuk diikuti. Tidak semata-mata bergantung pada elemen komedik, imajinasi sang sutradara beserta visualisasi cantik hasil bidikan gambar dari Faozan Rizal yang berpadu mulus bersama kostum indah, iringan musik melodius, dan tata artistik ciamik turut membantu hadirkan ‘gelombang rasa’. Ciptakan pula sensasi megah. 


#8 Bid’ah Cinta


Ketimbang semata-mata membawa penonton pada sajian roman religi mengharu biru yang sarat akan tangis menangis akibat jalan terjal yang harus dilalui protagonisnya dengan elemen religi ditempel sekenanya saja, Bid’ah Cinta justru sodorkan potret nyata, menyentil nan mengusik pikiran atas situasi bermasyarakat di tanah air dalam beberapa tahun belakangan yang kerap diwarnai perseteruan antar umat Islam dengan warna kelompok berlainan. Nurman Hakim tak bermaksud menyanjung kelompok tertentu lalu menyudutkan kelompok seberang karena film sejatinya hendak mempromosikan pesan mengenai toleransi yang agaknya mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia yang majemuk ini. 


#7 Critical Eleven


Disamping mempunyai bangunan karakter memikat dan konflik mengikat, kekuatan Critical Eleven turut bersumber dari chemistry intim Reza Rahadian dan Adinia Wirasti yang menguarkan kesan kuat bahwa keduanya adalah suami istri betulan sehingga mudah bagi penonton untuk terjerat baik kepada Ale maupun Anya. Critical Eleven merupakan sebuah balada tentang cinta, duka, serta penerimaan yang dikemas dengan begitu manis, hangat, sekaligus emosional. Emosi penonton telah disentuh sedari awal dan momen-momen dramatik dalam film ini secara konstan memberikan guncangan kepada emosi penonton hingga jelang ‘pendaratan’. 

#6 Dear Nathan


Ditemani skeptisisme kala melangkahkan kaki memasuki gedung bioskop demi menyaksikan Dear Nathan, sebuah tamparan hebat mendarat ke diri ini begitu lampu bioskop dinyalakan pertanda pertunjukkan telah usai. Rupanya, Dear Nathan bukanlah film percintaan penuh gombalan berlebihan seperti disangkakan dan malah justru sebaliknya. Ini adalah tontonan remaja yang tergarap dengan sangat baik dan mampu mendatangkan gelak tawa, mengundang rasa gregetan serta menghadirkan kehangatan secara organik. Dear Nathan tak saja membuat saya terkenang ke masa-masa SMA yang manis, tetapi juga merupakan kejutan terbesar di perfilman Indonesia pada tahun 2017. 


#5 Turah


Turah mengantarkan penonton memasuki Kampung Tirang di Tegal yang merupakan miniatur Indonesia lengkap dengan segala intrik sosial politik yang melingkunginya. Terdapat penguasa bermulut manis, penjilat oportunis, pemalas bermulut besar, sampai wong cilik yang pasrah menerima keadaan. Sebuah potret kelam negeri ini yang digeber secara jujur, tak pretensius, menyentil, sekaligus memiliki daya pikat kuat oleh sutradara debutan Wicaksono Wisnu Legowo dan disokong performa sangat baik dari para pemainnya – kredit khusus bagi Slamet Ambari sebagai Jadag yang kehadirannya senantiasa membuat penonton gerah karena polahnya yang tak pernah berbanding lurus dengan mulut ceriwisnya. 

#4 Istirahatlah Kata Kata


Dalam memvisualisasikan kisah pelarian Wiji Thukul, Yosep Anggi Noen memilih untuk lebih sering mengistirahatkan kata-kata dan membiarkan gambar-gambar puitisnya berbicara dengan sendirinya. Bukan kesunyian menenangkan, melainkan kesunyian menggelisahkan yang didalamnya sarat akan misteri. Dikomando oleh performa jempolan Gunawan Maryanto yang air muka dan gesturnya senantiasa menyiratkan rasa gusar, ketidaknyamanan pun mengusik penonton habis-habisan dalam beberapa titik. Pada akhirnya, tanpa harus banyak berkata-kata, hanya dalam kesunyiannya, Istirahatlah Kata Kata mampu pancarkan rasa cekam dan goreskan rasa pilu yang cukup dalam. 


#3 Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak


Tidak ada tembak-tembakan seru dalam film yang dijuluki sebagai ‘satay western’ ini dan sebagai gantinya, terdapat seorang janda yang memenggal kepala seorang perampok dan membawanya berkelana menuju kantor polisi. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak dimanfaatkan sebagai wadah bagi Mouly Surya untuk menyalurkan keresahannya terhadap budaya patriarki yang mengekang perempuan serta bobroknya sistem peradilan di Indonesia. Penyampaiannya ringan tanpa perlu membebani pikiran penonton namun tetap menohok sampai ke ulu hati. Bolehlah kiranya menyebut duo Marsha Timothy dan Dea Panendra sebagai perempuan paling badass di perfilman Indonesia tahun 2017 lalu. 

#2 Pengabdi Setan


Jawaban dari tanya “apakah Pengabdi Setan versi Joko Anwar ini lebih ngeri atau tidak ketimbang pendahulunya?” memang akan sangat relatif, namun bagi saya secara pribadi, Pengabdi Setan versi 2017 ini mampu memberikan suatu mimpi buruk. Salah satu film horor Indonesia paling menyeramkan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam perjalanan mengarungi wahana rumah berhantu ini, saya beberapa kali dibuat terperanjat dari kursi bioskop seperti pada adegan lempar selimut, ketok-ketok dinding di malam hari, mendengarkan drama radio, pipis di tengah malam, rekonstruksi adegan sholat yang ikonik itu, sampai tiap kali terdengar suara gemerincing lonceng Ibu. Gara-gara Pengabdi Setan, sosok Ibu tidak lagi terlihat sama.


#1 Sweet 20


Siapa bilang me-remake sebuah film itu perkara mudah? Susah sekali euy. Terbukti, jarang sekali ada remake yang berhasil apalagi jika materi sumbernya sudah terhitung bagus. Sweet 20 yang disadur dari film Korea bertajuk Miss Granny tergolong satu dari sedikit remake yang sukses. Pemain ansambel merupakan salah satu kekuatan utama yang dipunyai Sweet 20 disamping lontaran-lontaran kelakar dengan sentuhan kearifan lokal yang tepat mengenai sasaran, tembang-tembang lawas pengiring film macam “Layu Sebelum Berkembang”, “Payung Fantasi”, dan “Selayang Pandang”, serta muatan emosional yang bekerja secara efektif. Dengan kombinasi maut semacam ini, tepatlah kiranya menyebut Sweet 20 sebagai sebuah hiburan untuk seluruh keluarga kala liburan sekaligus remake yang sangat pantas bagi Miss Granny. Sungguh sebuah obat pelepas penat yang mujarab. Pecah dan meriah!

DERETAN NOMINASI DI PIALA MAYA 2017


Piala Maya baru saja mengumumkan deretan nominasi untuk perhelatan tahun ke-6 yang mengusung tema Generasi Now di akun Instagram resmi miliknya pada Selasa (5/12) malam. Sebanyak 24 kategori dikompetisikan untuk film panjang bioskop. Pengabdi Setan arahan Joko Anwar memimpin perolehan nominasi di 16 kategori termasuk Film Terpilih, Sutradara Terpilih, serta Aktris Pendukung Terpilih untuk Ayu Laksmi yang memerankan Ibu.

Menguntit ketat di belakangnya yakni Kartini garapan Hanung Bramantyo yang mendapatkan 15 nominasi beserta Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak arahan Mouly Surya dan Sweet 20 yang diadaptasi dari film Korea Selatan, Miss Granny, yang sama-sama dinominasikan di 13 kategori. Ketiga film tersebut, seperti halnya Pengabdi Setan, berkompetisi di kategori Film Terpilih bersama Cek Toko Sebelah (11 nominasi), My Generation (6 nominasi), Night Bus (5 nominasi), dan Turah (3 nominasi).

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah daftar lengkap peraih nominasi di Piala Maya 2017:

Film Terpilih
  • Cek Toko Sebelah
  • Kartini
  • Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak
  • My Generation
  • Night Bus
  • Pengabdi Setan
  • Sweet 20
  • Turah
Sutradara Terpilih
  • Ernest Prakasa (Cek Toko Sebelah)
  • Hanung Bramantyo (Kartini)
  • Joko Anwar (Pengabdi Setan)
  • Mouly Surya (Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak)
  • Ody C. Harahap (Sweet 20)
Sutradara Berbakat Karya Perdana Terpilih
  • Adink Liwutang (The Underdogs)
  • BW Purbanegara (Ziarah)
  • Jay Subyakto (Banda The Dark Forgotten Trail)
  • Pritagita Arianegara (Salawaku)
  • Wicaksono Wisnu Legowo (Turah)
Aktor Utama Terpilih
  • Adipati Dolken (Posesif)
  • Gunawan Maryanto (Istirahatlah Kata-Kata)
  • Oka Antara (Moammar Emka’s Jakarta Undercover)
  • Reza Rahadian (Critical Eleven)
  • Teuku Rifnu Wikana (Night Bus)
Aktris Utama Terpilih
  • Adinia Wirasti (Critical Eleven)
  • Dian Sastrowardoyo (Kartini)
  • Marissa Anita (Istirahatlah Kata-Kata)
  • Marsha Timothy (Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak)
  • Tatjana Saphira (Sweet 20)
Aktor Pendukung Terpilih
  • Chew Kin Wah (Cek Toko Sebelah)
  • Deddy Sutomo (Kartini)
  • Dion Wiyoko (Cek Toko Sebelah)
  • Ganindra Bimo (Moammar Emka’s Jakarta Undercover)
  • Slamet Rahardjo (Sweet 20)
Aktris Pendukung Terpilih
  • Adinia Wirasti (Cek Toko Sebelah)
  • Ayu Laksmi (Pengabdi Setan)
  • Christine Hakim (Kartini)
  • Djenar Maesa Ayu (Kartini)
  • Niniek L Karim (Sweet 20)
Aktor Pendatang Baru Terpilih
  • Bryan Langelo (My Generation)
  • Giulio Parengkuan (Pertaruhan)
  • Jefri Nichol (Dear Nathan)
  • Refal Hadi (Galih & Ratna)
  • Slamet Ambari (Turah)
Aktris Pendatang Baru Terpilih
  • Dea Panendra (Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak)
  • Estelle Linden (Mereka Yang Tak Terlihat)
  • Ira Ilva Sari (The Doll 2)
  • Luthesa (My Generation)
  • Putri Marino (Posesif)
Aktor/Aktris Cilik/Remaja Terpilih
  • Adyla Rafa Naura Ayu (Naura dan Genk Juara)
  • Mohammad Iqbal Sulaiman (Stip & Pensil)
  • Muhammad Adhiyat (Pengabdi Setan)
  • Nasar Anuz (Pengabdi Setan)
  • Neysa Chandria Melisenda (Kartini)
Penampilan Singkat nan Berkesan Terpilih
  • Agus Kuncoro (Moammar Emka’s Jakarta Undercover)
  • Asri Welas (Cek Toko Sebelah)
  • Joko Anwar (Pengabdi Setan)
  • Tino Saroengallo (Night Bus)
  • Widyawati Sophiaan (Sweet 20)
Skenario Asli Terpilih
  • Bid’ah Cinta (Ben Sohib, Nurman Hakim, Zaim Rofiqi)
  • Cek Toko Sebelah (Ernest Prakasa)
  • Kartini (Hanung Bramantyo, Bagus Bramanti)
  • Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Mouly Surya, Rama Adi)
  • My Generation (Upi)
Skenario Adaptasi Terpilih
  • Critical Eleven (Jenny Jusuf, Monty Tiwa, Robert Ronny, Ika Natassa)
  • Galih & Ratna (Fathan Todjon, Lucky Kuswandi)
  • Night Bus (Rahabi Mandra, Teuku Rifnu Wikana)
  • Pengabdi Setan (Joko Anwar)
  • Sweet 20 (Upi)
Penyuntingan Gambar Terpilih
  • Banda The Dark Forgotten Trail (Aline Jusria, Cundra Setiabudhi, Syauqi Tuasikal)
  • Cek Toko Sebelah (Cesa David Luckmansyah)
  • Kartini (Wawan I Wibowo)
  • Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Kelvin Nugroho)
  • Pengabdi Setan (Arifin Cuunk)
Tata Musik Terpilih
  • Galih & Ratna (Ivan Gojaya)
  • Kartini (Andi Rianto)
  • Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Zeke Khaseli, Yudhi Arfani)
  • Pengabdi Setan (Aghi Narottama, Tony Merle, Bemby Gusti)
  • Sweet 20 (Aghi Narottama)
Lagu Tema Terpilih
  • “Berlari Tanpa Kaki” – GAC & The Overtunes, Cek Toko Sebelah
  • “Senyuman dan Harapan” – GAC & The Overtunes, Cek Toko Sebelah
  • “Sekali Lagi” – Isyana Sarasvati, Critical Eleven
  • “Kelam Malam” – The Spouse, Pengabdi Setan
  • “Payung Fantasi” – Tatjana Saphira, Sweet 20
Tata Suara Terpilih
  • Headshot (Ichsan Rachmaditta, Richard Hocks, Fajar Yuskemal, Arya Prayogi)
  • Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Yusuf A Patawari, Khikmawan Santosa)
  • Merah Putih Memanggil (Budi W Rungon, David Raines)
  • Pengabdi Setan (Anhar Moha, Khikmawan Santosa)
  • Sweet 20 (Yarria Baharia Safara, Khikmawan Santosa, Mohamad Ikhsan Sungkar)
Tata Kamera Terpilih
  • Banda The Dark Forgotten Trail (Ipung Rachmat Syaiful)
  • Kartini (Faozan Rizal)
  • Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Yunus Pasolang)
  • Pengabdi Setan (Ical Tanjung)
  • Posesif (Batara Goempar)
Tata Artistik Terpilih
  • Kartini (Allan Sebastian)
  • Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Frans Paat)
  • My Generation (Wencislaus de Rozari)
  • Pengabdi Setan (Allan Sebastian)
  • Sweet 20 (Vida Sylvia)
Tata Efek Khusus Terpilih
  • Gerbang Neraka (Orangeroom CS)
  • Headshot (Andi Novianto)
  • Pengabdi Setan (Finalize Studios)
  • Satria Heroes: Revenge of Darkness (Raiyan Laksmana)
  • Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 2 (Epicx FX Studios, Andi Wijaya)
Tata Kostum Terpilih
  • Kartini (Retno Ratih Damayanti)
  • Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Meutia Pudjowarsito)
  • My Generation (Andhika Dharmaperdana)
  • Pengabdi Setan (Isabelle Patrice)
  • Sweet 20 (Dara Asvia)
Tata Rias Wajah dan Rambut Terpilih
  • Headshot (Kumalasari Tanara)
  • Kartini (Darto Unge)
  • Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Didin Syamsudin)
  • Pengabdi Setan (Darwin Tse)
  • Sweet 20 (Novie Ariyanti)
Desain Poster Terpilih
  • Cek Toko Sebelah (Thovfa Endonestuff)
  • Critical Eleven (Jonathan Oh)
  • Kartini (Jonathan Oh)
  • Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Cak Ncop)
  • Petak Umpet Minako (Alvin Hariz)
Video Klip Musik Terpilih
  • “Berlari Tanpa Kaki” – GAC, The Overtunes
  • “Intuisi” – Yura Yunita
  • “Manusia Kuat” – Tulus
  • “Remaja” – Hivi
  • “Surat Cinta Untuk Starla” – Virgoun

(Special) 16 FILM INDONESIA TERBAIK 2016 VERSI CINETARIZ


Tahun 2016 menorehkan catatan manis bagi perfilman Indonesia. Betapa tidak, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seluruh penghuni daftar “sepuluh film Indonesia paling banyak ditonton pada tahun 2016” berhasil membukukan angka lebih dari satu juta penonton. Ditambah lagi, 2016 menjadi saksi sejarah atas terciptanya rekor baru untuk film Indonesia dengan raihan penonton tertinggi sepanjang masa usai Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 menorehkan jumlah kepermirsaan sebanyak 6,8 juta mengungguli pencapaian Laskar Pelangi yang mengumpulkan 4,6 juta penonton pada delapan tahun silam. Sungguh mengesankan, bukan? 

Tidak semata-mata mengalami lonjakan dari sisi kuantitas, film-film Indonesia juga meningkat secara kualitas di tahun 2016. Tampak terlihat pada ragam tema dan genre yang mulai bercorak, beragamnya pilihan dewan juri untuk kategori Film Terbaik di perhelatan-perhelatan film (Ya, Festival Film Indonesia, Festival Film Bandung, Apresiasi Film Indonesia, serta Piala Maya mempunyai pilihan berbeda satu sama lain), sampai paling personal, cukup alotnya saya dalam menentukan 10 film Indonesia paling meninggalkan kesan sepanjang tahun 2016 sampai-sampai merasa perlu untuk mengekspansi kuota film dari semula 10 menjadi 16. Phew

Mengingat ini adalah daftar pribadi, subjektifitas beserta preferensi tentu sangat menentukan komposisi film pengisi daftar maupun posisi dari film itu sendiri. Maka sangat mungkin adanya kesepakatan maupun ketidaksepakatan. Keduanya sama-sama lumrah, dan saya pun meyakini betul pilihan ini jelas tidak akan menyenangkan semua pihak. Dimanapun posisimu nantinya, ada dua hal yang ingin tekankan. Pertama, daftar ini hanya memuat film Indonesia yang telah resmi tayang di bioskop pada tahun 2016. Kedua, daftar ini saya buat sebagai bentuk perayaan pada perfilman Indonesia dalam satu tahun terakhir sekaligus memudahkan para pembaga blog untuk mencari tahu film-film Indonesia rilisan tahun 2016 apa saja yang paling saya rekomendasikan. 

Sebelum menapaki posisi 16 besar, saya beberkan terlebih dahulu empat film yang nyaris (!) menempati posisi prestisius tersebut: 

- Catatan Dodol Calon Dokter 


- Rudy Habibie 


- Shy Shy Cat 


- Wonderful Life 



Dan, inilah 16 film Indonesia terbaik 2016 versi Cinetariz: 

#16 Ada Cinta di SMA 


Dilingkungi sikap suudzon bahwa ini hanyalah film remaja menjemukan nan menjengkelkan lainnya, Ada Cinta di SMA nyatanya justru membawa kejutan besar bagi mereka yang telah meremehkannya. Manis, menggemaskan, dan menghibur, ini adalah film yang akan membuat para penontonnya tersenyam-senyum bahagia sepanjang menontonnya. 

#15 Headshot 


Menandai kembalinya The Mo Brothers ke film layar lebar, Headshot menawarkan gelaran laga berintensitas tinggi sekaligus bikin ngilu. Tentu saja bikin ngilu karena durasi film bukan cuma didominasi pertarungan tangan kosong seru tetapi juga dar der dor yang sesekali menyemburatkan isi kepala dan bacok-bacokan yang akan membuat para penggemar mereka bersorak sorai. 

#14 Juara 


Charles Gozali hidangkan sajian hiburan dalam format paket komplit di Juara. Koreografi laganya tertata apik, lontaran humornya memicu gelak tawa tulus, dan sentuhan dramanya mengaduk-aduk perasaan. Bisma Karisma menunjukkan bahwa dia mempunyai potensi menjadi pelakon bagus disini. 

#13 Talak 3 


Peran pendukung dengan karakterisasi sederhana bukan penghalang bagi Reza Rahadian untuk menyuguhkan performa menyengat. Di Talak 3 yang jenaka dan menyentuh, dia berhasil tampilkan salah satu momen paling emosional di perfilman Indonesia tahun lalu bersama Vino G. Bastian dan Laudya Cynthia Bella.  
 
#12 Koala Kumal 


Sekalipun tema besarnya masih seputaran kegagalan memupuk hubungan asmara seperti kebanyakan film Raditya Dika yang lain, Koala Kumal membicarakan soal patah hati, lalu merelakan dan kemudian memaafkan secara berbeda. Dalam artian, lebih dewasa, manis, serta hangat. Inilah salah satu film terbaik dari Raditya Dika. 

#11 My Stupid Boss 


My Stupid Boss mempunyai lebih banyak stok lawakan yang mengenai target ketimbang meleset. Saat target dikenai, kelucuannya bisa sangat-sangat lucu. Dengan penghantaran guyonan sering tepat sesuai waktu, misi untuk meledakkan bioskop menggunakan tawa berkepanjangan dapat dicapai.

#10 Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea 


Tak sekadar memanjakan mata lewat hamparan visual cantik, Jilbab Traveler Love Sparks in Korea juga memanjakan hati melalui tuturan kisah menghanyutkan. Film ini adalah kesempatan emas buat kita untuk melihat Bunga Citra Lestari, Morgan Oey dan Giring Ganesha dalam akting terbaik mereka, sejauh ini. 

#9 Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 



Dengan kelakar berdaya ledak hebat, penceritaan mengikat dan performa keren pemainnya, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 hadirkan kesenangan maksimal. Angkat topi buat Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, dan Tora Sudiro yang tampil sangat meyakinkan sebagai Dono, Kasino, serta Indro. Pecah! 

#8 Aach... Aku Jatuh Cinta 


Aach... Aku Jatuh Cinta adalah sebuah kekacauan yang indah. Seperti bukan padanan pas, tetapi begitulah film ini. Penonton diboyong memasuki kisah percintaan penuh kekacauan Rumi-Yulia yang dihantarkan dengan sangat cantik melalui parade gambar penuh warna pula rasa ditunjang performa bagus dan lagu pengiring yang “berbicara.” 

#7 3 Srikandi 


Siapa menduga 3 Srikandi akan semenghibur ini? Menginspirasi dan menyentuh, jelas, tapi tak mengira kandungan humornya begitu tinggi. Lika-liku emosinya pun renyah buat disantap dan lakon pemainnya hebat, terutama Chelsea Islan yang berulang kali mencuri perhatian dengan logat Suroboannya. 

#6 A Copy of My Mind 


A Copy of My Mind adalah semacam bentuk penghormatan Joko Anwar terhadap Jakarta. Segenap unek-uneknya mengenai ibukota tanah air – entah itu rasa cinta, gemas, prihatin, sampai jengkel – dilontarkannya melalui kisah percintaan dua wong cilik yang terhidang begitu romantis, intim, sekaligus getir. 

#5 Aisyah Biarkan Kami Bersaudara 


Aisyah Biarkan Kami Bersaudara menghantarkan pokok bahasannya mengenai toleransi antar umat beragama secara halus dan mulus tanpa pernah menerabas batasan-batasan apalagi terlihat kelewat bernafsu untuk mengkhotbahi penonton. Hasil akhirnya, film pun terasa sangat indah, hangat, menyentuh sekaligus penting. What a lovely movie! 

#4 Cek Toko Sebelah 


Melalui Cek Toko Sebelah, Ernest Prakasa membuktikan dua hal. Pertama, film debutnya bukanlah hasil dari keberuntungan pemula semata, dan kedua, kematangannya sebagai seorang sineas. Dengan momen komedik dan dramatik berhasil melebur mulus, tak pelak Cek Toko Sebelah mampu mengundang banyak air mata penonton. Baik air mata bahagia karena humornya amat efektif maupun air mata haru karena kehangatan kisahnya. 

#3 Athirah


Athirah memang tidak dilantunkan bak melodrama yang sedikit-sedikit terdengar teriakan histeris, sedikit-sedikit bercucuran air mata, sekalipun kisah hidup sang subjek adalah materi bagus untuk membuat penonton terisak hebat. Riri Riza memilih menuturkannya secara elegan, dipenuhi ketenangan ketimbang letupan-letupan emosi. Pun tanpa ledakan tangis, Athirah tetap sanggup menusuk hati penontonnya sedemikian rupa. 

#2 Surat Dari Praha 


Dilepasnya Surat Dari Praha bisa dikata merupakan momen paling tepat untuk akhirnya berseru keras “yes, Angga Dwimas Sasongko did it again!” karena untuk kali keempat dalam karir penyutradaraannya, Angga sajikan suguhan berkelas tinggi dengan sekali ini memadupadankan secara serasi antara sejarah kelam tanah air bersama platonic love story. Surat Dari Praha pun menjadi sebuah perwujudan dari surat cinta yang dirajut dengan amat indahnya, mempunyai nuansa romantis pekat, sekaligus menyimpan kepiluan mendalam. 

#1 Ada Apa Dengan Cinta? 2


Penantian selama ratusan purnama untuk sekuel Ada Apa Dengan Cinta? terbayar memuaskan. Daya pikat hubungan percintaan Cinta dengan Rangga atau persahabatan Genk Cinta masih kuat terasa sekalipun kita telah terpisahkan dari mereka sepanjang belasan tahun. Jika ada dua kata paling pas untuk mendeskripsikan Ada Apa Dengan Cinta? 2, maka itu adalah “juarak!” dan “ngangenin” karena setelah menontonnya ada rasa rindu besar untuk ingin kembali menontonnya lagi, dan lagi. Total jenderal, saya menyaksikan film ini sebanyak enam kali sepanjang tahun 2016.